Sejarah Datangnya Bangsa-Bangsa Eropa Ke Indonesia
Hindia
Timur atau Indonesia telah lama dikenal sebagai daerah penghasil
rempah-rempah. Rempah-rempah digunakan untuk mengawet makanan, bumbu
masakan, bahkan obat. Karena kegunaannya, rempah-rempah sangat laku di pasaran
dan harganya pun mahal. Hal ini mendorong para pedagang Asia Barat
datang dan memonopoli perdagangan rempah-rempah. Mereka membeli bahan-bahan ini
dari para petani di Indonesia dan menjualnya kepada para pedagang Eropa.
Namun,
jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 ke Turki Utsmani
mengakibatkan pasokan rempah-rempah ke wilayah Eropa terputus. Hal ini
dikarenakan boikot yang dilakukan oleh Turki Utsmani. Situasi ini mendorong
orang-orang Eropa menjelajahi jalur pelayaran ke wilayah yang banyak memiliki
bahan rempah-rempah, termasuk kepulauan Nusantara (Indonesia). Dalam
perkembangannya, mereka berdagang,dan menguasai sumber rempah-rempah di negara
penghasil. Dimulailah era kolonialisasi Barat di Asia.
A. Sebab dan Tujuan Kedatangan Bangsa Barat
Secara
umum, kedatangan bangsa Eropa ke Asia termasuk ke Indonesia dilandasi keinginan
mereka untuk berdagang,dan menyebarkan agama.Sebab dan tujuan bangsa Eropa ke
dunia Timur sebagai berikut :
- Mencari kekayaan termasuk
berdagang
- Menyalurkan jiwa
penjelajah
- Meyakini Keberadaan Prester
John
- Menyebarkan agama
- Mencari kemuliaan bangsa
Sejak
abad ke -13, rempah-rempah merupakan bahan dagang yang sangat menguntungkan.
Hal ini mendorong orang-orang Eropa berusaha mencari harta kekayaan ini
sekalipun menjelajah semudera. Bangsa Eropa dikenal sebagai bangsa penjelajah,
terutama untuk menemukan daerah-daerah baru. Mereka berlomba-lomba meninggalkan
Eropa.
Mereka yakin bahwa jika berlayar ke satu arah, maka mereka akan kembali ke tempat semula. Selain itu, orang-orang Eropa terutama Protugis dan Spanyol yakin bahwa di luar Eropa ada Prestor John (kerajaan dan penduduknya beragama Kristen).
Mereka yakin bahwa jika berlayar ke satu arah, maka mereka akan kembali ke tempat semula. Selain itu, orang-orang Eropa terutama Protugis dan Spanyol yakin bahwa di luar Eropa ada Prestor John (kerajaan dan penduduknya beragama Kristen).
Pada
awalnya, tujuan kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia hanya untuk membeli
rempah-rempah dari para petani Indonesia. Namun, dengan semakin meningkatnya
kebutuhan industri di Eropa akan rempah-rempah, mereka mengklaim daerah-daerah
yang mereka kunjungi sebagai daerah kekuasaannya.
Di tempat-tempat ini, bangsa Eropa memonopoli perdagangan rempah-rempah dan mengeruk kekayaan alam sebanyak mungkin. Dengan memonopoli perdagangan rempah-rempah, bangsa Eropa menjadi satu-satunya pembeli bahan-bahan ini. Akibatnya, harga bahan-bahan ini pun sangat ditentukan oleh mereka. Untuk memperoleh hak monopoli perdagangan ini,
bangsa Eropa tidak jarang melakukan pemaksaan. Penguasaan dilakukan terhadap penguasa setempat melalui suatu perjanjian yang umumnya menguntungkan bangsa Eropa. Selain itu, mereka selalu turut campur dalam urusan politik suatu daerah. Bangsa Eropa tidak jarang mengadu domba berbagai kelompok masyarakat dan kemudian mendukung salah satunya. Dengan cara ini, mereka dengan mudah dapat mempengaruhi penguasa untuk memberikan hak-hak istimewa dalam berdagang.
Di tempat-tempat ini, bangsa Eropa memonopoli perdagangan rempah-rempah dan mengeruk kekayaan alam sebanyak mungkin. Dengan memonopoli perdagangan rempah-rempah, bangsa Eropa menjadi satu-satunya pembeli bahan-bahan ini. Akibatnya, harga bahan-bahan ini pun sangat ditentukan oleh mereka. Untuk memperoleh hak monopoli perdagangan ini,
bangsa Eropa tidak jarang melakukan pemaksaan. Penguasaan dilakukan terhadap penguasa setempat melalui suatu perjanjian yang umumnya menguntungkan bangsa Eropa. Selain itu, mereka selalu turut campur dalam urusan politik suatu daerah. Bangsa Eropa tidak jarang mengadu domba berbagai kelompok masyarakat dan kemudian mendukung salah satunya. Dengan cara ini, mereka dengan mudah dapat mempengaruhi penguasa untuk memberikan hak-hak istimewa dalam berdagang.
1. Bangsa Portugis
Ekspedisi
pertama untuk mencari jalan langsung ke Indonesia dirintis oleh bangsa Portugis
dan Spanyol. Bangsa-bangsa lain seperti Inggris, Prancis, dan Belanda baru
melakukan ekspedisi setelah kedua bangsa ini menemukan jalan ke Indonesia.
Orang
Portugis pertama yang mencoba mencari jalan baru ke Indonesia adalah Bartholomeus
Diaz. Ia meninggalkan Portugal pada tahun 1486. Ia menyusuri pantai barat
Afrika hingga tiba di Tanjung Harapan baik, namun ia gagal mencapai Indonesia.
Setelah Bartholomeus Diaz menemukan jalan ke timur di Tanjung Harapan Baik
(Afrika Selatan), upaya mencari jalan ke Indonesia diteruskan oleh
armada-armada Portugis berikutnya.
Armada
Portugis berikutnya yang mencoba berlayar ke Indonesia dipimpin oleh Vasco da
Gama. Mereka berangkat pada tahun 1497 dan berhasil melewati Tanjung Harapan
Baik. Sewaktu tiba di Pelabuhan Malinda (Afrika Timur), mereka bertemu dengan
pedagang-pedagang Arab dan India. Namun, jalan ke Asia Tenggara tetap
dirahasiakan oleh para pedagang tersebut.
Oleh karena itu, orang-orang Portugis melanjutkan perjalannya menyusuri pantai timur Afrika. Mereka harus melewati perairan dengan ombak yang sangat besar. Daerah itu terletak di timur laut Afrika terutama di sekitar Ujung Tanduk. Oleh karena itu, daerah ini disebut Guadafui (berhati-hatilah).
Oleh karena itu, orang-orang Portugis melanjutkan perjalannya menyusuri pantai timur Afrika. Mereka harus melewati perairan dengan ombak yang sangat besar. Daerah itu terletak di timur laut Afrika terutama di sekitar Ujung Tanduk. Oleh karena itu, daerah ini disebut Guadafui (berhati-hatilah).
Ekspedisi
ini kemudian berhasil melewati selat di ujung selatan Laut Merah yang
disebutnya Bab el Mandeb (Gapura Air Mata). Pada tahun 1498, Vasco da Gama tiba
di Kalikut (India). Sejak saat itu, perdagangan antara orang Eropa dan India
tidak lagi melalui jalur Laut Tengah melainkan melalui pantai timur Afrika.
Lalu
mereka ingin menjelajahi daerah timur lainnya yakni Malaka dan Maluku. Pada
waktu itu, di Asia Tenggara terdapat salah satu daerah pusat perdagangan yang
sangat ramai dikunjungi. Daerah tersebut adalah Malaka sedangkan daerah sumber
rempah-rempahnya adalah Maluku. Bagi Portugis, cara termudah menguasai
perdagangan di sekitar Malaka termasuk di Maluku adalah dengan merebut atau
menguasai Malaka. Kolonialisme Portugis di Indonesia dimulai sejak kedatangan
Alfanso d’Albuquerque di Maluku.
Pada tahun 1511, ekspedisi Portugis di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque berhasil menaklukkan Malaka. Dari sana, mereka menuju Maluku dan diterima dengan baik oleh raja Ternate. Mereka diperkenankan berdagang dan membangun benteng di ternate.
Pada tahun 1511, ekspedisi Portugis di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque berhasil menaklukkan Malaka. Dari sana, mereka menuju Maluku dan diterima dengan baik oleh raja Ternate. Mereka diperkenankan berdagang dan membangun benteng di ternate.
2. Bangsa Spanyol
Pelopor
bangsa Spanyol yang mencari jalan langsung ke Indonesia adalah Christopher
Columbus, ia berjalan kearah barat. Setelah dua bulan, ia sampai di sebuah
pulau yang kemudian dinamakan San Salvador. Columbus gagal mencapai India.Setelah
Columbus gagal menemukan India, ekspedisi Spanyol selanjutnya ke daerah rempah
– rempah dipelopori oleh Ferinand Magellan.
Pada tahun 1519 Magellan berangkat melalui Samudera Atlantik. Setelah melewati ujung Amerika Selatan, ia masuk ke Samudera Pasifik. Ia tiba di Filipina pada tahun 1521. Saat mencoba mengatasi perang antarsuku di Cebu,Magellan terbunuh,Ia digantikan oleh Del Cano.Dalam perjalanan kembali ke Spanyol, mereka singgah di Tidore.
Sejak saat itu, terjalin kerja sama antara Spanyol dan Tidore. Kerja sama itu dalam hal perdagangan yang diperkuat dengan dibangunnya benteng Spanyol di Tidore. Kondisi tersebut tentu menyebabkan antara Portugis dan Spanyol saat itu, Portugis merasa terancam dengan hadirnya Spanyol di Tidore.
Hal ini diperkuat dengan kenyataan bahwa Tidore dan Ternate telah lama bermusuhan. dengan alasan tersebut,Portugis yang didukung pasukan Tidore. Benteng Spanyol di Tidore dapat direbut Portugis. Namun, berkat perantara Paus di Roma, Portugis dan Spanyol akhirnya mengadakan perjanjian yang disebut Perjanjian Zaragosa. Berdasarkan perjanjian Maluku dikuasai Portugis dan Filipina dikuasai Sepanyol.
Pada tahun 1519 Magellan berangkat melalui Samudera Atlantik. Setelah melewati ujung Amerika Selatan, ia masuk ke Samudera Pasifik. Ia tiba di Filipina pada tahun 1521. Saat mencoba mengatasi perang antarsuku di Cebu,Magellan terbunuh,Ia digantikan oleh Del Cano.Dalam perjalanan kembali ke Spanyol, mereka singgah di Tidore.
Sejak saat itu, terjalin kerja sama antara Spanyol dan Tidore. Kerja sama itu dalam hal perdagangan yang diperkuat dengan dibangunnya benteng Spanyol di Tidore. Kondisi tersebut tentu menyebabkan antara Portugis dan Spanyol saat itu, Portugis merasa terancam dengan hadirnya Spanyol di Tidore.
Hal ini diperkuat dengan kenyataan bahwa Tidore dan Ternate telah lama bermusuhan. dengan alasan tersebut,Portugis yang didukung pasukan Tidore. Benteng Spanyol di Tidore dapat direbut Portugis. Namun, berkat perantara Paus di Roma, Portugis dan Spanyol akhirnya mengadakan perjanjian yang disebut Perjanjian Zaragosa. Berdasarkan perjanjian Maluku dikuasai Portugis dan Filipina dikuasai Sepanyol.
3. kedatangan Bangsa Inggris
Kedatangan
bangsa Inggris dirintis oleh Francis Drake dan Thomas Cavendish.
Dengan mengikuti jalur yang dilalui Magellan, pada tahun 1579 Francis Drake
berlayar ke Indonesia. Armadanya berhasil membawa rempah-rempah dari Ternate
dan kembali ke Inggris lewat Samudera Hindia. Perjalanan beriktunya pada tahun
1586 oleh Thomas Cavendish melewati jalur yang sama.
Pengalaman
kedua pelaut tersebut mendorong Ratu Elizabeth I meningkatkan pelayaran internasioalnya.
Hal ini dilakukan dalam rangka menggalakan ekspor wol, menyaingi perdagangan Spanyol, dan mencari rempah-rempah. Ratu Elizabeth I kemudian memberi hak istimewa kepada EIC (East Indian Company) untuk mengurus perdagangan dengan Asia. EIC kemudian mengirim armadanya ke Indonesia. Armada EIC yang dipimpin James Lancestor berhasil melewati jalan Portugis (lewat Afrika). Namun, mereka gagal mencapai Indonesia karena diserang Portugis dan bajak laut Melayu di selat Malaka.
Hal ini dilakukan dalam rangka menggalakan ekspor wol, menyaingi perdagangan Spanyol, dan mencari rempah-rempah. Ratu Elizabeth I kemudian memberi hak istimewa kepada EIC (East Indian Company) untuk mengurus perdagangan dengan Asia. EIC kemudian mengirim armadanya ke Indonesia. Armada EIC yang dipimpin James Lancestor berhasil melewati jalan Portugis (lewat Afrika). Namun, mereka gagal mencapai Indonesia karena diserang Portugis dan bajak laut Melayu di selat Malaka.
Awal
abad ke 17, Inggris telah memiliki jajahan di India dan terus berusaha
mengembangkan pengaruhnya di Asia Tenggara, kahususnya di Indonesia.
Kolonialisme Inggris di Hindia Belanda dimulai tahun 1604. menurut catatan
sejarah, sejak pertama kali tiba di Indonesia tahun 1604, EIC mendirikan
kantor-kantor dagangnya. Di antaranya di Ambon, Aceh, Jayakarta, Banjar,
Japara, dan Makassar.
Walaupun
demikian, armada Inggris tidak mampu menyaingi armada dagang barat lainnya di
Indonesia dagang Barat lainnya di Indonesia, seperti Belanda. Mereka akhirnya
memusatkan aktivitas perdagangannya di India. Mereka berhasil membangun
kota-kota perdagangan seperti Madras, Kalkuta, dan Bombay.
4. kedatangan Bangsa Belanda
Armada
Belanda yang pertama berusaha mencapai Indonesia dipimpin Van Neck, namun
ekspedisi ini gagal. Kemudian, pada tahun 1595 armada Belanda dipimpin Cornelis
de Houtman dan Pieter de Kaizer berangkat menuju Indonesia. Mereka
menyusuri pantai barat Afrika lalu sampai ke Tanjung Harapan Baik. Dari sana,
mereka mengarungi Samudera Hindia dan masuk ke Indonesia melalui Selat Sunda
lalu tiba di Banten.
Armada
ini tidak diterima oleh rakyat Banten karena Belanda bersikap kasar. Selain
itu, hubungan antara Banten dan Portugis masih baik Dari
Banten, armada ini bermaksud menuju Maluku untuk membeli rempah-rempah namun
gagal mencapai Maluku. Cornelis de Houtman tiba kembali di negerinya pada tahun
1597. ia disambut sebagai penemu jalan ke Indonesia.
Setelah
Cornelis, armada Belanda datang ke Indonesia susul menyusul. Hal ini
mengakibatkan lalu lintas Indonesia – Belanda menjadi ramai. Armada Belanda
yang pertama mencapai Maluku adalah armada kedua. Mereka berhasil melakukan
pembelian remapah-rempah disana.
Pada
awalnya, Belanda gagal persaingan dengan Portugis, baik di Maluku maupun di
pelabuhandi Indonesia. Namun, karena armada Belanda semakin hari semakin
bertambah, sedikit demi sedikit armada Portugis mulai terdesak. Akhirnya
Portugis terusir dari Maluku menandai era kolonialisme Belanda di Indonesia.
Sejak itu, pedagang-pedagang Belanda semakin banyak yang datang ke Maluku.
Untuk
mengatasi persaingan diantara pedagang-pedagang Belanda sendiri, pada tahun
1602 dibentuk VOC (Vereenigde OostIndische Compagnie) atau persekutuan
Dagang Hindia Timur. VOC dipimpin oleh De Heren Zuventien (Dewan Tujuh Belas)
dengan Pieter Both sebagai gubernur jenderal yang pertama.
Semula
VOC berpusat di Ambon. Namun, sejak kepemimpinan Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon
Coen, pusat VOC dipindah ke Jayakarta yang kemudian berganti nama menjadi
Batavia
Untuk
memperkuat kedudukan VOC di Indonesia, pemerintah Belanda memberikan hak-hak
istimewa.
Hak-hak istimewa VOC tersebut antara lain :
- Hak monopoli dagang
- Hak membuat dan mencetak uang
- Hak membentuk tentara
- Hak menyatakan perang ataupun
membuat perjanjian
Dengan
hak-hak tersebut berarti VOC memiliki kekuasaan seperti suatu negara. Mereka
dapat bertindak bebas tanpa harus konsultasi lebih dulu dengan pemerintah
Belanda di negeri induk.
Bangsa
Eropa datang ke Asia termasuk Indonesia karena mereka ingin berdagang,
menyalurkan jiwa penjelajah, dan menyebarkan agama. Untuk itu, bangsa-bangsa
Eropa mencari jalan baru dengan mengarungi samudera. Pelapornya adalah bangsa
Portugis dan Spanyol. Pelaut-pelaut terkenal dari Portugis adalah Bartholomeus
Diaz dan Vasco da Gama.
Sedangkan pelaut dari Spanyol adalah Columbus dan Magellan. Bakat kepeloporannya, Portugis dan Spanyol berhasil menguasai jalur berlayar, terutama untuk mencari kekayaan. Indonesia sebagai daerah penghasil rempah-rempah menjadi rebutan. Akhirnya, bangsa-bangsa Eropa tersebut berhasil menjajah Indonesia. Belanda adalah bangsa yang paling lama berkuasa dan paling banyak mengeruk keuntungan perdagangan di Indonesia dibandingkan bangsa Portugis dan Inggris
Sedangkan pelaut dari Spanyol adalah Columbus dan Magellan. Bakat kepeloporannya, Portugis dan Spanyol berhasil menguasai jalur berlayar, terutama untuk mencari kekayaan. Indonesia sebagai daerah penghasil rempah-rempah menjadi rebutan. Akhirnya, bangsa-bangsa Eropa tersebut berhasil menjajah Indonesia. Belanda adalah bangsa yang paling lama berkuasa dan paling banyak mengeruk keuntungan perdagangan di Indonesia dibandingkan bangsa Portugis dan Inggris
Latar Belakang Bubarnya VOC
VOC didirikan pada tahun 1602. dengan maksud menyatukan para pedagang Belanda dalam sebuah perkumpulan untuk menghindari persaingan dan pertentangan diantara mereka. Upaya ke arah itu, nampaknya tetap tidak berhasil. Diantara pedagang Belanda tetap saja terjad persaingan. Bahkan, pengurus VOC banyak yang melakukan korupsi. Disamping itu, perlawanan-perlawanan yang terjadi dari rakyat Indonesia, cukup menguras biaya, sehingga kas VOC semakin menipis.
Faktor-faktor
penyebab dibubarkannya VOC:
- Adanya persaingan dagang yang
hebat antara Perancis dan Inggris,
- Penduduk Indonesia terutama di
Pulau Jawa, tidak mampu membeli barang-barang yang dijual VOC,
- Adanya perdagangan gelap dan
menerobos monopoli perdagangan VOC,
- Banyaknya pegawai-pegawai VOC
yang melakukan korupsi dan kecurangan-kecurangan lainnya,
- VOC harus mengeluarkan dana
besar untuk membiayai tentara dan pegawai yang jumlahnya banyak untuk
menguasai daeah-daerah yang baru dikuasai, terutama di Jawa dan Madura.
Akibat
faktor-faktor diatas, secara resmi VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember
1799. Selanjutnya, daerah kekuasaan VOC diambil alih oleh pemerintah
Belanda.Dalam rentang waktu 1799-1807, di Indonesia terjadi masa peralihan.
Pada masa ini Indonesia dikuasai oleh Republik Bataf (Bataafsche
Republiek). Dalam waktu yang bersamaan, Belanda terlibat perang melawan
Perancis. Sejak Napoleon Bonaparte menjalankan politik luar negerinya,
yaitu ingin menyatukan Eropa dengan Perancis sebagai pemimpinnya.
Belanda sebagai salah satu negara Eropa yang mempunyai daerah jajahan, tidak luput dari sasaran Perancis. Dalam sebuah pertempuran hebat tahun 1807, Belanda dikalahkan oleh Perancis. Sebagai akibatnya, Republik Baataf dihapuskan oleh Kaisar Napoleon Bonaparte dan digantikan dengan bentuk Kerajaan Belanda (Koninkrijk Holland) dengan rajanya Lodewijk Bonaparte atau Louis Bonaparte (adik Napoleon Bonaparte). Begitu juga dengan daerah jajahannya di Hindia Belanda (Indonesia) mengalami perubahan sistem pemerintahan. Sebagai wakilnya di Indonesia, penguasa keajaan Belanda, mengangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jendral. Daendels adalah seorang Belanda yang mendukung Perancis dalam Perang Koalisi di Eropa.
Belanda sebagai salah satu negara Eropa yang mempunyai daerah jajahan, tidak luput dari sasaran Perancis. Dalam sebuah pertempuran hebat tahun 1807, Belanda dikalahkan oleh Perancis. Sebagai akibatnya, Republik Baataf dihapuskan oleh Kaisar Napoleon Bonaparte dan digantikan dengan bentuk Kerajaan Belanda (Koninkrijk Holland) dengan rajanya Lodewijk Bonaparte atau Louis Bonaparte (adik Napoleon Bonaparte). Begitu juga dengan daerah jajahannya di Hindia Belanda (Indonesia) mengalami perubahan sistem pemerintahan. Sebagai wakilnya di Indonesia, penguasa keajaan Belanda, mengangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jendral. Daendels adalah seorang Belanda yang mendukung Perancis dalam Perang Koalisi di Eropa.
Pemerintahan
Kolonial Belanda
1. Sistem Tanam Paksa
Latar Belakang Tanam Paksa
Sejak
tahun 1816, Belanda berusaha memeras kekayaan Indonesia dengan segala macam
cara. Hingga tahun 1870. Belanda berusaha mencari keuntungan sebesar-besarnya
dengan pengeluaran yang sekecil-kecilnya. Pemerintah Belanda mengubah politik
ekonominya, yaitu melepaskan peolitik monopoli diganti dengan politik bebas.
Sejak pemerintahan dipegang oleh Van der Cappelen sampai diganti oleh Du Bus se
Gisignies, pemerintah Hindia Belanda sedang berusaha memperbaiki keadaan
perekonomian negerinya dengan memeras negara-negara jajahannya.
Peperangan yang berlangsung di Indonesia, seperti Perang Paderi dan Perang Diponegro telah menggerogoti buruknya keuangan Belanda. Selama Perang Diponegoro yang berkecemuk pada tahun 1825-1830, pemerintah Belanda terus berusaha memperbaiki keadaan ekonominya, namun tidak berhasil. Akhirnya pemerintah Hindia Belanda mengirim seorang ahli keuangan bernama Johannes Van den Bosch ke Indonesia. Setelah mengadakan penelitian di Hindia Belanda, ia mulai menerapkan rencananya yang dinamakan Sistem Tanam Paksa atau Cultuur Stelsel.
Peraturan-peraturan
pokok Tanam Paksa adalah sebagai berikut.
- rakyat harus menanami 1/5 dari
tanah yang dimilikinya dengan tanaman ekspor seperti kopi, tebu, teh dan
tembakau,
- hasil tanaman harus dijual
kepada pemerintah dengan harga yang ditetapkan pemerintah,
- tanah yang ditanami tanaman
ekspor tersebut bebas dari pajak tanah,
- kaum petani tidak boleh disuruh
bekerja lebih keras daripada bekerja untuk penanaman padinya,
- rakyat yang tidak memiliki
tanah dikenalkan kerja rodi selama 65 hari setiap tahun di tanah milik
pemerintah,
- kerusakan tanaman menjadi
tanggungan pemerintah, apabila itu bukan karena kesalahan rakyat.
Pelaksanaan Tanam Paksa
Melalui
sistem itu, Belanda memperoleh hasil yang besar dengan modal yang kecil.
Pelaksanaan tanam paksa diserahkan kepada kepala-kepala daerah yang mendapat Cultuur
Procenten atau hadiah menurut banyaknya hasil. Oleh karena itu, rakyat
diperas oleh kepala-kepala daerah bangsa sendiri dengan harapan akan
mendapatkan Cultuur Procenten dari Belanda.
Sepintas
peraturan tanam paksa ini tidak begitu berat dirasakan oleh rakyat kalau
dibandingkan dengan peraturan kerja rodi pada zaman Daendels, dan peraturan
pajak pada zaman Raffles. Bahkan hal ini dirasakan oleh para petani merupakan
suatu keuntungan karena akan mendapat keringanan dan akan menerima uang tunai
meskipun dengan harga murah. Akan tetapi dalam prakteknya semua peraturan
tersebut dilanggar. Pertama, bukan 1/5 dari tanah petani yang ditanami, tetapi
1/4, 1.3, bahkan setengah dari tanah milik petani digunakan untuk tanaman
ekspor. Bahkan penanaman tersebut memilih tanah-tanah yang dubur. Kedua, tanah
yang dipakai untuk keperluan penanaman tanaman ekspor tersebut tetap dikenakan
pajak.
Ketiga, para petani harus menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengerjakan tanaman pemerintah, sehingga tidak ada waktu untuk menggarap sawahnya sendiri. Keempat, para kepala daerah merasa tergiur dengan cultuur procenten, akibatnya mereka mulai berlomba-lomba mengusahakan daerahnya agar memberikan hasil sebanyak mungkin. Ulah mereka itu mengakibatkan rakyat semakin menderita. Kelima, kegagalan panen akibat hama atau banjir pada kenyataannya menjadi beban petani. Keenam, bukan 65 hari lamanya rakyat harus bekerja rodi, melainkan menurut keperluan pemerintah.
Ketiga, para petani harus menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengerjakan tanaman pemerintah, sehingga tidak ada waktu untuk menggarap sawahnya sendiri. Keempat, para kepala daerah merasa tergiur dengan cultuur procenten, akibatnya mereka mulai berlomba-lomba mengusahakan daerahnya agar memberikan hasil sebanyak mungkin. Ulah mereka itu mengakibatkan rakyat semakin menderita. Kelima, kegagalan panen akibat hama atau banjir pada kenyataannya menjadi beban petani. Keenam, bukan 65 hari lamanya rakyat harus bekerja rodi, melainkan menurut keperluan pemerintah.
0 komentar:
Post a Comment